hai, apa kabarmu?
lama rasanya kita tak berbincang, bahkan aku rasanya lupa kapan terakhir melihat matamu
aku disini baik, sangat baik
apa kamu masih ingat perbincangan terakhir kita malam itu?
tahukah kau? akhirnya yang kutakutkan betul-betul terjadi
dia pergi meninggalkanku, jujur saja aku tak pernah menyangka secepat ini
meskipun akhirnya nanti harus begini
heeeii, apakah kamu menertawaiku?
tenang saja, aku tidak terpuruk apalagi terlarut dalam kesedihan
ditinggalkan olehnya
apakah aku menyesal? entahlah..
rasa-rasanya tidak, aku tak mau menyesali semua yang sudah lewat
kau sendiri yang mengatakan bukan, semua keputusan ada akibat yang ditanggung
dan aku tak ingin menjadi orang picik, aku akan menanggungnya semampuku
dan yang seperti ini memang yang telah kupilih
benar yang kau bilang,
rasanya aku sudah tak waras lagi
aku sendiri tidak mengerti bagaimana akalku berjalan
batinku penuh dengan gejolak, meskipun aku bahagia dengannya
mungkin memang aku hanya seorang bodoh
bagaimana mungkin orang sepertiku mengharap dirimu?
aku sudah memiliki yang terbaik, aku mengerti bahwa mengharap dirimu mungkin akan mustahil
bahwa mungkin aku harus bertaruh, ternyata kau lebih memilih yang lain daripada aku
namun, bisik-bisik di dalam selalu saja mengusik diriku
mengatakan bahwa aku harus berjalan menujumu
bahwa aku harus menempuh jalan itu dengan sekuat tenagaku
aku tampak seperti orang bodoh
meledak-ledak dalam amarah dan kejengkelan
yang bahkan kau sendiri tak pernah memperdulikannya
aku tampak seperti orang yang menyedihkan
sehari, seminggu, sebulan penuh dengan beribu tanya tentangmu
yang bahkan sedetikpun kau tak pernah mempertanyakan keadaanku
terserah, aku tak peduli, aku yang harus menyelesaikan
aku hanya ingin kau tahu
lihat, aku telah berani menentukan pilihan
aku tak akan dan tak pernah menyesal telah memilihmu
karena kau adalah anugerah Tuhan untukku
maka aku akan bertanya pada Tuhan, "Tuhan maukah kau selalu memberikan anugerahmu untukku?"
Makassar
15 Juli 2014 21:17